4 Fakta di balik serangan Liga Arab ke Yaman

Bulan Ramadlan :: 4 Fakta di balik serangan Liga Arab ke Yaman
Keberhasilan pasukan pemberontak Syiah menguasai Istana Presiden di Ibu Kota Sanaa membuat situasi Yaman semakin panas. Usai perebutan pusat pemerintahan tersebut, pimpinan kelomnpok Houthi Abdul Malik al-Houthi langsung menuntut pemerintah untuk bersedia melakukan reformasi.

Meski istana berhasil dikuasai, namun Presiden Abdurabuh Mansyur Hadi berhasil dievakuasi dan berada di lokasi yang dirahasiakan. Menanggapi kondisi genting di negaranya, Masyur Hadi memohon bantuan militer kepada Arab Saudi dan negara-negara Timur Tengah lainnya.

Permintaan itu langsung dipenuhi Saudi dan segera mengerahkan 150 ribu personel infantri ke perbatasan. Tak hanya itu, Raja Salman juga menerbangkan 100 jet tempur untuk melakukan serangkauan serangan udara ke kota Sanaa, utamanya lokasi yang dicurigai menjadi basis pertahanan Houthi.

Saudi tak sendirian dalam serangan tersebut, Raja Salman mendapat dukungan dari seluruh Jazirah Arab. Tak hanya itu, Amerika Serikat pun dikabarkan merestui serangan yang menewaskan puluhan warga Yaman tersebut, termasuk Israel.

Berikut fakta-fakta di balik serangan liga Arab ke Yaman:

1.Puncak pertikaian Sunni Syiah
Sunni-Syiah sudah tidak akur sejak era kekhalifahan Islam sepeninggal Nabi Muhammad. Namun baru di era modern lah, perang pengaruh itu terwujud dalam adu kuat antar negara, khususnya Arab Saudi dan Iran.

Iran-Saudi tidak berbatasan langsung. Tapi sejak 1970-an, khususnya ketika Revolusi Islam di Iran menghasilkan pemerintahan Syiah fanatik, perang dingin di Timur Tengah memanas.

Adu pengaruh Iran-Saudi terjadi di Kuwait, yang akhirnya berujung pada Perang Teluk pada 1990-an. Kini, skenario perang dua negara sama-sama kaya minyak berpindah ke Yaman.

Saudi berang, karena penduduk Syiah di Yaman cuma 35 persen, tapi intelijen Iran dituding berhasil memprovokasi mereka mendongkel pemerintahan. Yaman yang dipimpin Syiah merupakan mimpi buruk bagi Saudi, apalagi negara miskin itu berbatasan langsung dengan Tanah Suci Makkah.

Russian Times mencatat seluruh elemen bersenjata di Timur Tengah mengakui yang berperang sekarang adalah Iran dan Saudi. Sementara Houthi hanya jadi pion.

2.Jet tempur Israel ikut gempur Yaman
Sumber di Ibu Kota Sanaa, Yaman, Jumat lalu mengatakan sejumlah jet tempur Israel ikut melancarkan serangan udara ke Yaman yang dipimpin oleh Arab Saudi pada Kamis pekan lalu.

"Ini pertama kalinya pasukan Zionis bergabung dengan koalisi negara Arab," ujar Sekretaris Jenderal Partai Politik Al-Haq, yaman, Hassa Zayd dalam akun jejaring sosial Facebook, seperti dilansir Global Search, Ahad (29/3).

Dia mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sudah memerintahkan langsung Angkatan Udara Israel mengerahkan jet-jet tempur mereka buat mendukung serangan Saudi ke Yaman.

Meski begitu, tidak diketahui lokasi-lokasi mana saja yang menjadi target serangan negara Yahudi itu. Namun, dalam serangan udara koalisi Liga Arab yang berlangsung sejak Kamis (26/3) lalu itu telah menewaskan puluhan warga Yaman.

3.Didukung Washington
Serangan yang dilakukan Arab Saudi terhadap pemberontak Houthi yang menguasai ibu kota Yaman, Sanaa mendapatkan dukungan dari Amerika Serikat. Bahkan, Presiden Barack Obama dikabarkan sudah mengetahui rencana tersebut dan mendukung Raja Salman.

Meski memberikan dukungan atas operasi tersebut, namun AS menolak mengerahkan militernya untuk menginvasi Yaman. Bantuan yang diberikan pun sebatas informasi intelijen dan pasokan logistik bagi pasukan Arab Saudi yang sudah mulai bergerak ke perbatasan.

"Utusan Arab Saudi untuk Washington memberi tahun wartawan AS tidak ikut serta dalam operasi militer itu, termasuk serangan udara terhadap militan Houthi," ujar petinggu militer yang tak disebut namanya itu.

"Namun, tentara AS bisa membantu logistik dan pasokan informasi intelijen, tapi sebatas itu."

4.Iran terlibat
Analis militer CNN, Rick Francona, meyakini invasi Saudi merupakan babak baru perebutan pengaruh antara dua mazhab dalam Islam di Timur Tengah. Saudi dikenal sebagai negara yang memproklamirkan diri berlandaskan mazhab Sunni. Sementara pemberontak Houthi yang secara de facto menguasai Yaman sekarang berisikan militan Syiah.

"Saudi meyakini Houthi didukung oleh Iran yang juga merupakan negara mayoritas Syiah," kata Francona.

Saudi juga tidak malu-malu mengungkapkan alasan operasi militer itu. Jubair dalam jumpa pers menyatakan pasukan Houthi mendapat pasokan senjata dan dana dari "kekuatan di kawasan."

Dalam peta politik saat ini, Iran unggul selangkah di Suriah dan Yaman. Bahkan eksistensi Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) belum mampu menggoyang Presiden Suriah Basyar al-Assad yang sejak lama didukung oleh Teheran.

Analis politik Aljazeera mengatakan Saudi semakin gerah melihat manuver Iran beberapa tahun terakhir. Di Bahrain dan di provinsi selatan Saudi, minoritas Syiah semakin berani menuntut otonomi khusus dan menggelar unjuk rasa. Para pangeran di Riyadh meyakini Presiden Iran Hassan Rouhani ikut campur atas kejadian-kejadian itu.
Sumber: http://www.merdeka.com/dunia/4-fakta-di-balik-serangan-liga-arab-ke-yaman/iran-terlibat.html

Pada bagian ke 4 sangat sayang sekali penulis menuliskan bahwa Arab Saudi Bermadzhab Sunni, Padahal pada kenyataannya Arab Saudi Bermadzhab Salafi (Wahabi).
Kalau melihat berita yang kurang valid ini nampaknya ada modus pembodohan publik.
Penulis dari situs aslinya:
Reporter : Yulistyo Pratomo | Selasa, 31 Maret 2015 06:16
Previous
Next Post »

Post Comment

ConversionConversion EmoticonEmoticon Off Topic

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Thanks for your comment